Terkini.id, Pinrang — DPRD memberi atensi terkait kondisi SMP 2 Negeri Pinrang dalam penerimaan siswa baru tahun 2021, khususnya mengenai pembayaran baju seragam yang menjadi polemik orang tua di Bumi Lasinrang.
Ketua Komisi I DPRD Pinrang, Muh.Syahrul Sarman, menyampaikan jika beberapa waktu lalu pihaknya telah menggelar agenda hearing dengan memanggil beberapa stakeholder terkait.
“Hearing itu digelar, untuk menindaklanjuti surat yang mewakili orang tua siswa SMP Negeri 2 Pinrang terkait pembayaran baju seragam yang dianggapnya memberatkan orang tua siswa,” terangnya, Kamis 19 Agustus.
Legislator lainnya yakni M.Faizal, yang juga ikut pada agenda itu, mengemukakan, jika banyak hal yang bisa dilakukan untuk memajukan sekolah tanpa melakukan “pemaksaan” kepada orang tua siswa, karena tidak semua orang tua siswa mampu, apalagi saat ini ekonomi masyarakat lagi sulit gara-gara covid-19.
“Kesuksesan sekolah bukan karena keseragaman baju baru, tapi bagaimana kualitas guru, bagaimana memanage sekolah supaya pendidikan bisa terserap bagus untuk memenuhi standar nilai yang dibutuhkan untuk tingkat SMP,” bebernya.
- Intip Tren Busana Muslim 2024: Gaya Modern dengan Sentuhan Klasik
- Atlet Cabor E-Sport Pinrang akan Dibekali iPhone 12 Pro Max, Segini Anggaran yang Disiapkan
- Bupati Imbau 'Pelarangan' Live Musik, Warga Pinrang: Kami Cari Nafkah Jangan Dihalangi
- Caleg Gelora Pinrang Dipolisikan karena Dugaan Penipuan, Sekretaris Partai: Kami Kecolongan
- Jelang HUT ke-10, Dian Risty Perkenalkan Puluhan Busana Muslim Terbarunya di Pinrang
“Jangan sedikit-sedikit uang untuk pendidikan, itu tidak bagus. <span;>untuk baju olah raga, jangan tiap tahun diganti modelnya, supaya kalau mereka tamat sekolah, baju itu masih bisa dipakai oleh adik-adiknya,” bebernya lagi.
Sementara itu, mewakili orang tua siswa, <span;>Hasjuddin AT, menyampaikan, <span;>penetapan harga baju seragam di SMP Negeri 2 Pinrang, sebesar Rp720 ribu untuk laki-laki dan Rp850 ribu untuk perempuan memberatkan sebagian orang tua siswa di tengah pandemi Covid-19 saat ini.
“Jangan mereka (siswa) seakan-akan dipaksa membeli baju yang mahal padahal di tempat lain mereka mungkin menemukan baju yang lebih murah atau ada baju kakaknya yang masih mereka bisa pakai,” kesalnya.