Terkini, Pinrang --Di tengah gemuruh panen raya yang semestinya membawa senyum lebar bagi para petani, kenyataan di Kabupaten Pinrang justru bikin dahi berkerut.
Alih-alih menikmati Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah Kering Panen (GKP) sebesar Rp6.500 per kilogram, banyak petani malah dibuat bingung.
Sebagai informasi, Luas lahan sawah di Bumi Lasinrang memang tak main-main, mencapai 51.124,38 hektare, dengan dominasi sawah irigasi sebesar 44.165,47 hektare. Produksi padi juga melimpah. Tapi saat gabah menumpuk, Bulog seperti kehilangan arah mata angin.
"Petani pusing kalau mau jual gabah ke Bulog," keluh GA, seorang petani dari Kecamatan Duampanua, Minggu 13 April 2025.
Ia bahkan mengaku bingung harus menghubungi siapa jika ingin menjual padinya.
"Sinyal? Ada. Gabah? Siap. Tapi pembeli dari Bulog? Entah di mana," keluhnya.
Menurut GA, gabah yang dibiarkan menunggu bisa rusak dalam hitungan hari. Kadang sampai enam hari tak juga diangkut. Sementara kalau tengkulak yang beli, malam ini panen, besok pagi sudah hilang dari lantai jemur.
"Tapi potongannya juga banyak,” ujarnya, setengah pasrah.
Kritik juga datang dari petani lainnya di kecamatan yang sama, Muhammad Rusdi. Ia menilai sistem penyerapan gabah oleh Bulog Pinrang masih berjalan seperti mobil mogok.
“Petani dibiarkan menunggu. Ini bukan antre tiket konser, ini gabah! Bisa rusak kalau kelamaan,” katanya dengan nada geram.










