Klaim Pemkab Soal Pertanian Meleset, Performa Sektor Unggulan Pinrang Justru Terjun Bebas
Komentar

Klaim Pemkab Soal Pertanian Meleset, Performa Sektor Unggulan Pinrang Justru Terjun Bebas

Komentar

Terkini.id, Pinrang — Masih ingat dengan penghargaan di sektor pertanian yang diterima oleh Pemkab Pinrang akhir tahun lalu, sepertinya itu perlu dievaluasi kembali. Sebab, sepanjang tahun 2023 lalu performa sektor unggulan warga Bumi Lasinrang, mengalami kontraksi yang berlebihan.

Sebetulnya, tdak sedikit jejak digital sepanjang tahun 2023 lalu, Pemkab mengklaim jika pertanian sebagai sektor unggulan tetap bakal oke performanya. Bahkan kendati terjadi el-nino panjang, pemerintah optimis betul jika hal itu tak akan memberi efek yang signifikan.

Dengan optimisme itu, pada 23 Desember tahun lalu Pemkab Pinrang diganjar tiga penghargaan oleh Kementan RI. Masing-masing terkait Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Kelembagaan Ekonomi Petani (KEP) dan Kelompok Tani Terbaik pada pelaksanaan program Climate Smart Agriculture (CSA).

Tetapi statistik berkata lain. Bahkan dalam data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pinrang, hampir semua lini unggulan Bumi Lasinrang performanya justru terjun bebas.

“Total produksi padi di Pinrang (Gabah Kering Giling) sepanjang tahun 2023 itu sekitar 467.149 ton GKG. Itu mengalami kontraksi,” beber Kepala BPS Pinrang, Joko Siswanto dalam siaran persnya, Jumat 1 Maret 2024.

Kontraksi tersebut, kata dia, cukup besar jika dibandingkan performa produksi padi pada tahun 2022 yang mencapai pada kisaran 548.085 ton GKG. Dengan kata lain performa sektor pertanian mengalami kontraksi -14,77 persen.

Melirik satu per satu data yang diekspose BPS Pinrang, bukan hanya padi yang produksinya terjun bebas. Yang negatif produksinya juga adalah Daun bawang (-30,28 persen) bayam, cabai besar (-41,10 persen), kacang panjang (-6,54 persen), terung (-6,05 persen), dan tomat (-43,64 persen)

“Produksi komoditi perkebunan di Pinrang juga mengalami penurunan. Seperti kelapa (-13,99 persen), kopi robusta (-12,87 persen), kakao (-2,68 persen), dan kelapa sawit (-57,34 persen),” rincinya.